Virus Generasi Muda

Selamat hari raya Idul Fitri, temen-temen!
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
Mohon maaf lahir dan batin.

Gimana, udah dapet pertanyaan ‘kapan nikah’ berapa kali?

Alhamdulillah, gua gak dapet sama sekali. Mungkin tanpa perlu nanya sodara-sodara gua udah bisa melihat aura kejombloan yang terpancar dari raut wajah ini. Dan mereka gak ingin membuang waktunya untuk menanyakan pertanyaan yang jawabannya mereka sendiri udah tau.

Gapapa. Lagipula, kalau beneran ditanya gua gak akan bisa jawab.

Oke, sebenernya, postingan ini bukan ingin membahas suasana lebaran atau apapun yang berhubungan dengan itu. Tapi membahas hal lain yang tiba-tiba aja mengganggu ketenangan diri gua. Mungkin dengan menuliskannya gua bisa jadi lebih tenang. Atau paling enggak, jumlah postingan blog ini jadi bertambah satu.

Keresahan bermula ketika gua selesai berlebaran ke rumah sodara di hari kedua. Malam itu gua mengistirahatkan diri dengan menonton tv sambil tiduran. Gua menekan-nekan tombol di remot sebelum akhirnya berhenti di SCVT. Di channel itu nampak seorang laki-laki dan perempuan sedang berdialog tentang kisah cinta yang krusial. Ekspresi wajah keduanya keliatan begitu menjiwai. Alunan backsound-nya terdengar syahdu dan membuat suasana jadi mengharukan.

Kalau aja gua seorang pecinta sinetron mungkin gua akan hanyut terbawa suasana dan baper seketika, tapi sayangnya gua bukan. Yang ada gua malah geli melihat adegan tersebut. Geli banget.

Kenapa?

Karena menurut gua kedua pemeran itu lebih cocok ngerjain PR bareng dibanding ngomongin cinta-cintaan. Mereka lebih layak pusing oleh sin cos tan daripada oleh kesetiaan cinta. Dan yang paling geli adalah dialognya yang enggak sesuai umur. Perpaduan antara sok bijak dan sok puitis. Gua yakin Mario Teguh waktu muda juga gak gitu-gitu amat.

Gua tonton lebih lama karena penasaran akan ada apalagi setelahnya. Semakin lama gua semakain yakin bahwa ini gak boleh ditonton sama adek-adek gua. Sebuah tayangan yang begitu dipaksain. Mulai dari ide cerita sampe dialognya. Sifat dan adegan remaja-remajanya disetting seperti orang dewasa yang mau nikah besok. Sampe sini gua mulai mengkhawatirkan anak-anak dan remaja yang nonton tayangan itu. Kebayangan kengerian kalau mereka sampe niru apa yang ada di sana.

Persoalan cinta emang bukan milik orang dewasa aja. Tapi kayaknya kisah percintaan anak ABG gak perlu diekspos sedemikian rupa sampe-sampe menimbulkan kesan cinta adalah masalah paling penting dalam kehidupan anak remaja. 

Sebenernya, apa sih motivasi orang yang bikin tayangan-tayangan kayak gitu?

Apa karena kehabisan ide cerita menarik untuk orang dewasa?

Apa sengaja ingin menciptakan generasi yang penuh drama?

Apa yang terjadi pada generasi muda Indonesia belakangan ini belum cukup membuat mereka sadar?

Anak SD pacaran. Anak SMP diperkosa dan memperkosa. Anak SMA hamil di luar nikah, aborsi. Dan kasus-kasus lain yang bermula dari cinta-cintaan dini.

Itulah mengapa gua gak pernah heran ketika liat berita-berita mengenaskan soal seksualitas di media. Baik yang dilakukan remaja maupun orang dewasa. Abis kayaknya emang semua sajian menjurus ke sana. Pacaran, pegangan tangan, pelukan, elus-elus, dan bahkan ngobrol aja mukanya sampe deket banget. Itu baru di tv, yang di film lebih-lebih. Ciuman dan ML adalah hal yang lumrah.

Atas semua doktrin ini, tetep masyarakat yang disalahkan. Dan masyarakat pun membela dirinya masing-masing.

Yang laki-laki menyalahkan perempuan atas pakaiannya, sedangkan yang perempuan menyalahkan laki-laki atas pikirannya kotornya. Kalaupun ada pihak yang harus disalahkan gua lebih setuju jika itu adalah media.

Begini…

Kenapa perempuan mau dan berani berpakaian seksi atau terbuka?

Menurut gua karena tayangan-tayangan di tv, film, majalah dan internet memberi mereka referensi tentang fashion terkini. Yang entah mengapa makin ke sini makin menyisakan sedikit bahan pada tubuh mereka. Ketika fashion itu mulai dinilai sebagai tren, para perempuan berbondong-bondong menirunya dengan dalih kekinian. Mungkin ada yang awalnya risih, tapi karena ngeliat tetangga dan temen-temennya nyaman, akhirnya dia jadi nyaman juga.

Gua jadi ngerasa lucu. Ketika zaman makin maju tapi kelakuan manusianya malah mengalami kemunduran. Ketika orang-orang di daerah tertinggal mulai belajar memakai baju dan mengikuti peradaban, orang-orang  yang udah mengenal peradaban modern malah kembali belajar telanjang.

Lucu, kan.(?)

Terus, kenapa laki-laki berpikiran kotor?

Faktor paling mendasar itu jelas karena kurangnya kekuatan iman. Menurut gua, iman adalah benteng tertangguh dalam diri seseorang. Kalau imannya lemah, maka kelakuannya akan dikendalikan oleh nafsu. Kalau nafsu udah berkuasa, nekat adalah sebaik-baiknya jalan.

Kurangnya iman akan memudahkan konten-konten berbahan dasar nafsu masuk ke diri seseorang. Dan kalau yang media sajikan adalah konten-konten seperti itu maka bukan hal yang aneh bila terjadi kejahatan seksual. Ibaratnya, bensin disambar api.

Sering kita mengecam tindakan orang-orang yang melakukkan kejahatan seksual, tapi kita nyaman-nyaman aja saat media mencekoki kita dengan konten-konten pemicunya. Mungkin sebagian kita menuntut orang lain untuk bijak saat mengkonsumsi konten di media, tapi perlu kita ingat gak semua orang bisa berlaku bijak. Gak semua orang sewaras yang kita kira. Untuk itu kita jangan cuma menyalahkan, tapi juga berusaha mencegah.

Menurut gua cara mencegahnya ada 4:

1. Protes ke media terkait tentang konten-kontennya gak sesuai dengan adat dan norma-norma masyarakat kita.

2. Jangan akses konten tersebut. Kalau tv jangan ditonton, kalau majalah jangan dibeli, kalau website jangan dibuka.

3. Bentengi diri dengan iman. Belajar agama dan amalkan ilmu-ilmunya.

4. Beri pengetahuan pada adek-adek kita tentang bagaimana gaya hidup anak-anak atau remaja seharusnya. Apa yang boleh dan gak boleh dilakukan. Tentunya dengan gaya bahasa yang sesuai.

Kalau kegilaan media ini dibiarin tumbuh sumbur tanpa perlawanan dan pertahanan, gak usah bermimpi bakal terwujud generasi Indonesia yang unggul. Kita cuma bakal jumpai jiwa-jiwa yang melempem ketika mendapati tekanan. Orang-orang yang langsung pengen bunuh diri ketika diputusin pacar. Orang-orang yang ketika dikasih kritik langsung menyebut hater. Orang-orang yang enggan berpikir kritis. Orang-orang yang hanya peduli pada dirinya sendiri.

Coba deh, kita mulai lakuin hal yang berpotensi membawa perubahan baik, terutama untuk orang banyak. Gak masalah meskipun itu kecil. Faktanya, beberapa tindakan kecil malah menimbulkan efek yang besar. Dan jangan pernah berpikir langkah itu bakal sia-sia, karena Allah emang nyuruh kita buat berusaha, sedangkan hasil akhir itu milik-Nya. Sekalipun kalah atau gagal, seenggaknya kita udah berjuang dan melawan. Kita gak kalah sebagai pecundang.

Gile, ini bahasan gua serius banget yak? Hahaha… tapi biar aja lah, kebanyakan bercanda atau santai-santai malah bikin hati mati. Gua takut akan hal itu. Dan gua terima apapun pendapat kalian setelah baca tulisan ini. Pro maupun kontra. Karena kita emang harus tumbuh dalam perbedaan dan harus bisa menghargainya.

Sampai ketemu di postingan selanjutnya!

 

Oiya, kapan nikah?

22 Comments

  1. Seperti yang kamu bilang, menurutku sebagian besar orang Indonesia itu masih belum terbiasa untuk berpikir kritis. Pola pikirnya masih dangkal. Oleh sebab itu, produk-produk yang dihasilkan masih dirasa banyak memiliki kekurangan.

    Aku pernah berpikir, mungkin dengan mengenyam pendidikan tinggi akan membuat orang Indonesia itu lebih terpacu untuk berpikir kritis. Tapi itu sepertinya kurang tepat, karena pola pikir itu terbentuk dari pembangunan karakter sejak masih kecil.

    Jadi betul bahwa generasi muda dan bahkan yang paling muda itu harus dididik sebaik mungkin agar terbebas dari penyakit virus ini.

    Suka

    Balas

  2. Heran juga, kenapa sih film yang kaya gini jadi tren di Indonesia. Saya setuju banget kalau media yang harus disalahkan. Jangankan film, beberapa hari setelah begal diberitakan di TV, ehh malah jadi pekerjaan yang tren. Heran saya..

    Suka

    Balas

  3. “Gile, ini bahasan gua serius banget yak? Hahaha… tapi biar aja lah, kebanyakan bercanda atau santai-santai malah bikin hati mati. ”

    Baca ini, gue ngerasa teduh banget ta. Haha. Dan jujur, konten seperti inilah yang dibutuhkan. Mengedukasi dan kritis dengan kondisi sosial.

    Berkaca dari acara yang disuguhkan, wajar jika sesuatu yang menye-menye lebih laris manis ketimbang sin cos tan ta. Berusaha untuk lebih kritis dan berusaha untuk memiliki pola pikir yang terbuka. Karena sebuah masalah, tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja.

    Suka

    Balas

  4. Masih muda kan? Mau menikah kan? Belajar yang banyak dulu… Baca yang banyak… Baca bacaan apapun, biar kaya dan bijaksana… Jadi orang tua tuh nggak gampang… dan nggak ada sekolah formalnya jadi mesti belajar sendiri… Kalau udah tahu media banyak negatifnya, kalau udah nikah punya anak kan mestinya tahu bagaimana bersikap..
    Mau lingkungan atau media kayak apa, kalau orang tua dan ke Tuhan kuat, anak bakal selamat.

    Suka

    Balas

  5. Aku gak suka nonton sinetron, tapi aku suka nonton film.
    Makasih atas postingannya yang sangat menambah wawasan. Setuju dengan pemikiran masyarakat yang dangkal, bahkan satu peran penting yang harus menjadi barometer yaitu Keluarga.

    Suka

    Balas

  6. Gilaaa… ini perasaanku aja atau apa, ya. Ini postingan Muhammad Antar Jihad yang paling panjang. Ternyata kamu suka yang panjang-panjang juga ya, Ta.

    Keren banget ini, Ta. Keresahannya tersalurkan selugas ini. Dan aku setuju, yang patut disalahkan atas kemunduran di kemajuan ini adalah media. Cuman, aku bisanya nyalahin media yang berupa sinetron sih. Kalau film aku nggak bisa. Film Hollywood. Hehe. Soalnya kayak komen di atas, aku suka film. Tapi aku nggak bakal ngebiarin para ponakanku yang masih ranum, buat nonton film-film yang biasa aku konsumsi kok, Ta. Hehehe.

    Suka

    Balas

    1. Nyebutin nama lengkap gua kayak gitu bikin gua gugup cha. Duh..

      Ya jadi film-film favoritmu itu jangan direkomendasiin ke keponakan ya.. bahaya kan kalo mereka jadi lebih jago..

      Suka

      Balas

  7. Tulisannya panjang tapi mantephs Ta. Tapi ya, jangan kan generasi muda, ibu2 juga sekarang tontonan nya gak bagus :( mamaku suka nonton katakan putus, mamanya temen suka nonton rumah uya, mamanya temenku yang lainnya suka nonton D akademi yang live dari jam 17 – 23.

    Ya Allah………… kemanakah semua generasi akan berpijak? *edan berpijak pisan yeuh?* hahaha. Eh iya aku gak ditanyain “kapan nikah” sih, cuma didoain segera nyusul kakak nya. Gitu doang. Eh tapi masih ada aja yang nanya “si itu gak diajak kesini?” – atuhlah woy~

    Suka

    Balas

  8. Wkwkwkw aku lebaran kemarin gak ditanya kapan nikah dong… TAPI LANGSUNG DIMINTA BIAR CEPETAN NIKAH :(

    Aha, ini sih bener :’ media yang sebenernya jadi biang keladi atas rusaknya moral anak bangsa kita. Aku pernah dengerin ceramah Zakir Naik yang bilang kalau media perusak citra Islam dan aku setuju. Tapi nggak cuma islam, melainkan hampir semua moral anak-anak bangsa :(

    Suka

    Balas

  9. Bentar, kayaknya gue tau sesuatu yang harus dilakukan habis baca tulisan ini. *ngapusin film porno dari folder yang di-hidden*
    Emaap.

    Ya, gue juga gak ngerti sih, kenapa bocah SMP udah pada memperkosa gitu. Bahkan itu cowok ada belasan gilir seorang cewek. :/
    Astagfirullah.

    Suka

    Balas

Pilih mana, beri komentar atau beri aku cinta dan kasihmu?